Tak Berkategori
Tantangan Kurikulum Merdeka dalam Menyambut Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas)
PONGGAWANEWS.COM–Kurikulum Merdeka Belajar akan menjadi tantangan utama ketika menyambut hari pendidikan nasional 2 Mei 2023 ini. Di tahun 2020, pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan baru tentang Kurikulum Merdeka, yaitu Kurikulum yang berfokus pada pengembangan profil pelajar Pancasila memerlukan berbagai penyesuaian pembelajaran dengan berorientasi pada kebutuhan dan karakteristik murid. Karakteristik utama dari kurikulum merdeka adalah pemberian kebebasan sekolah di Indonesia dalam merancang kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah dengan alasan adanya keunikan atau ciri tersendiri dari tiap-tiap daerah di Indonesia. Meskipun demikian, ada berbagai tantangan yang perlu dihadapi.
Tantangan pertama adalah kurangnya pemahaman terkait Kurikulum Merdeka. Sosialisasi dan Seminar terkait Kurikulum Merdeka masih belum adekuat di kalangan guru maupun siswa, apalagi kepada orang tua. Dengan demikian, khalayak umum masih belum terlalu kenal dengan konsep kurikulum merdeka ini. Jika konsep kurikulum saja belum dipahami, bagaimana dengan penggaitan dukungan dari warga sekolahnya.
Hal ini menjadikan implementasi Kurikulum Merdeka lebih sulit.
Tantangan Kedua adalah National Standard. Bagaimana cara menentukan standar ketika setiap sekolah menentukan kurikulum mereka sendiri? Apakah comparability (keterbandingan) dalam skala nasional masih dapat dilakukan? Meskipun pada substansinya, Kurikulum Merdeka masih harus tetap memegang teguh kualitas pendidikan yang tinggi dan mengikuti standar nasional. Oleh karena itu, supervise harus tetap rutin dilaksanakan demi terpenuhinya standar pendidikan.
Tantangan ketiga tentunya adalah sumber daya terbatas.
Fasilitas pendidikan mulai dari tenaga pengajar dan alat pendukung lainnya seperti komputer, gawai, dan perangkat digital perlu diperhatikan di era digitalisasi ini. Guru sebagai tenaga pendidik harus memahami konsep Kurikulum Merdeka ini secara detail sehingga mampu menghasilkan pendekatan pembelajaran yang sesuai.Bisa kita lihat bahwa di Kurikulum Merdeka ada persiapan pembelajaran berdiferensiasi. Guru harus memiliki kecakapan dalam memilih jenis diferensiasi apa yang perlu digunakan di kelas nantinya.
Apakah dibentuk kelompok berdasarkan hobi dan kecenderungan peserta didik? atau lainnya? Guru harus bisa menghandle itu semua. Oleh karena itu, faktor sumber daya manusia adalah tantangan yang cukup besar dalam implementasi Kurikulum Merdeka.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, usaha yang perlu dilakukan dalam meningkatkan sumber daya manusia di bidang pendidikan adalah memberikan pelatihan kepada tenaga pendidik.
Selain itu, sekolah harus meningkatkan fasilitas pendidikan di sekolah. Selain itu, pendekatan pembelajaran yang tepat dan efektif juga perlu diterapkan. Contohnya adalah memanfaatkan media interaktif seperti powerpoint, infografis, karikatur, atau ilustrasi. Pendidik di sini perlu menerapkan metode pembelajaran berbasis proyek (project-base learning). Diharapkan dengan upaya tersebut, kualitas pembelajaran akan meningkat dan siswa akan siap menghadapi tantangan di masa depan sesuai dengan kehidupan sehari-hari murid.
Tantangan yang keempat adalah tidak adanya pemisah antara penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini menjadikan proses penilaian yang dilakukan oleh guru menjadi lebih kompleks karena harus seakan-akan menyatukan 3 jenis penilaian yang berbeda. Dengan demikian, tenaga pendidik harus paham strategi penilaian atau evaluasi di Kurikulum Merdeka dengan baik.
Salah satu tantangan lain dalam kurikulum Merdeka Belajar adalah adanya pentingnya mengatur mindset atau perubahan pola pikir siswa. Kurikulum ini menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mengembangkan keterampilan abad 21, seperti kemampuan berpikir kritis, kreatif, bekerja sama, dan berkomunikasi. Kerja sama atau kolaborasi adalah kegiatan yang harus dilangsungkan pada kurikulum merdeka. Hal ini dapat menjadi tantangan bagi siswa yang sebelumnya hanya terbiasa dengan pembelajaran pasif dan hanya mengedepankan pencapaian nilai akademik semata.
Tantangan lainnya dalam kurikulum merdeka adalah penyesuaian konsep sistem Among Ki Hajar Dewantara. Saat ini, kurikulum yang sudah ada mungkin sudah tidak relevan lagi sehingga perlu disesuaikan agar lebih sesuai dengan pendekatan tersebut. Kurikulum harus dikembangkan agar mencakup aspek pengembangan karakter siswa dan menciptakan siswa yang tidak hanya pintar akademis, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan positif. Selain itu, perlu juga dilakukan penyesuaian kurikulum yang mencakup keterampilan abad 21 seperti kreativitas, kritis, dan komunikasi. Dalam konsep merdeka belajar dikenal istilah pendidikan yang mengantarkan keselamatan dan kebahagiaan.
Dalam mencapai keselamatan, Ki Hajar Dewantara mengenalkan sistem among. Guru tidak hanya memberikan motivasi belaka, tetapi juga memberi rekomendasi, kritik, dan saram membangun berdasarkan hasil pengamatan sang guru. Dengan demikian, murid dapat mengeksplorasi cipta, rasa, karsa, dan karya mereka.
Memang banyak yang perlu disesuaikan pada kurikulum merdeka belajar ini. Meskipun begitu, demi mencapai sistem pendidikan yang lebih berkualitas dan adekuat, sistem among masih dianggap perlu. Dalam sistem among yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara tersebut, karakter atau pribadi siswa menjadi fokus utama.
Upaya ini tercermin dalam program pembelajaran karakter yang mencakup aspek integritas, disiplin, tanggung jawab, dan kemandirian. Tujuannya adalah untuk membentuk siswa yang tidak hanya memiliki kecerdasan akademis, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan positif. Program pembelajaran karakter tersebut merupakan bagian penting dari implementasi sistem Among Ki Hajar Dewantara.
Tantangan selanjutnya adalah peran orang tua dari peserta didik dalam mendukung implementasi Kurikulum Merdeka Belajar. Orang tua seringkali memiliki pandangan yang berbeda tentang pendidikan, dan mungkin masih menganggap prestasi akademik sebagai satu-satunya tolak ukur keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, seperti yang saya katakana sebelumnya bahwa sosialisasi dan edukasi kepada orang tua mengenai pentingnya pengembangan karakter siswa sangat perlu dilakukan.
Dengan demikian, orang tua perlu memahami bahwa pendidikan bukan hanya tentang prestasi akademik semata, tetapi juga tentang pengembangan karakter siswa.
Oleh karena itu, setiap pihak mulai dari tenaga pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik harus ikut andil dalam menyukseskan implementasi Kurikulum Merdeka Belajar. Jadikanlah momentum Hari Pendidikan Nasional ini sebagai alarm kita akan komitmen dalam memajukan potensi pendidikan di Indonesia. Marilah kita bersama-sama menghadirkan pendidikan yang menghasilkan warga negara berilmu, berintegritas, berakhlak, dan bermartabat. (*)
